POST : 17 TERCEKIK JANJI
Langkah Kamil semakin berat. Sepasang lengan kaku merengkuh erat pinggangnya. Mengalirkan hawa dingin yang menyiksa raga juga batin pria berkacamata itu. Dari kaca lemari besar ruang tamu, pantulan bayangan wanita berwajah kuyu dengan borok sana-sini tak membuat Kamil terkejut. Pelan ia berjalan ke kamar sambil menyeret Kania manja di belakangnya. * Kamil menatap nanar langit-langit kamarnya. Masih mencoba menerka kejadian yang dialaminya. Sesekali juga mengerjap, lalu menanggalkan kacamata untuk kemudian disandingkan dengan segelas anggur merah cap Merak Albino di meja. Kamarnya begitu sepi. Tidak ada cicak yang biasa berdecak saat ia menelepon Kania. Bahkan anginpun seakan takut berembus meski berhasil mengibarkan tirai hijau jendela. Lemari pakaian bergoyang, action figur Naruto di meja kerjanya bergetar macam sedang terjadi gempa. Telinganya tertutup bising hingga tak dapat mendengar pintu yang diketuk keras ayah dan ibunya dari luar. Kamil memejamkan mat...